Jumat, 10 Mei 2013

Ryounen


Ryonen, seorang bhiksuni Zen dilahirkan pada tahun 1797. Ia adalah cucu seorang samurai Jepang terkenal: Shingen.
Ryonen tersohor akan kecantikannya yang amat memikat, juga akan kejeniusannya dalam puisi. Maka sejak 17 tahun ia terpilih menjadi pengiring Ratu Putri di Istana. Dalam usia yang masih amat muda, posisinya sangat terhormat -- janji karier cerah pun terbentang.
Namun Sang Ratu meninggal dunia mendadak -- segala harapan Ryonen pupus berantakan. Ia lalu menjadi sangat sadar akan betapa rapuhnya hidup ini.  Sejak itu tumbuh niatnya menekuni Zen. Akan tetapi orangtuanya melarang niat Ryonen, memaksanya untuk menikah. Dengan janji bahwa ia boleh menjadi bhiksuni setelah melahirkan tiga orang anak, ia pun setuju buat menikah. Janji tersebut tergenapi menjelang ia berusia 25 tahun. Suami dan sanak keluarga tak bisa lagi mencegah tekadnya. Ia bercukur rambut, mengambil nama tahbisan: Ryonen -- yang berarti "menyadari dengan jelas"; -- ia memulai pengembaraan spiritualnya.
Sampai di kota Edo, ia memohon Master Tetsugyu agar diterima sebagai murid. Hanya dalam sekilas sang Zen Master menampik, karena ia terlalu cantik.
Ia pergi ke guru lain, Master Hakuo. Hakuo juga menolak dengan alasan yang sama, mengatakan bahwa: kecantikannya cuma bakal jadi sumber masalah. Ryonen memungut besi panas dan menempelkan bara itu ke wajah. Dalam sekejab kecantikannya pun hancur selamanya. Ia diterima sebagai murid Hakuo.
.....
Mengenang pengalaman tersebut, Ryonen menulis puisi dibalik sebuah cermin kecil:
Dalam melayani Sang Ratu,
aku membakar dupa buat mengharumkan pakaian yang indah.
Kini sebagai bhiksuni pengembara,
kubakar wajahku buat memasuki biara Zen.
.....
Ketika menyadari waktunya telah tiba untuk meninggal dunia, ia menulis satu puisi lagi:
T'lah enampuluh enam kali mata ini menyaksikan keindahan musim gugur ...
Aku sudah bicara cukup tentang rembulan.
Tak usah menginginkan lebih.
Hanya dengarkanlah gemerisik pohon cemara dan cedar saat angin tak berhembus.

 
-----------------------------------------------------------------------------------
dari buku Zen Flesh, Zen Bones -- oleh Paul Reps; Tuttle Publ. 1998
diterjemahkan: agus santoso, Jogja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Pengikut