Rabu, 15 Mei 2013

Paramita (Kebajikan menuju Kesempurnaan)

Sumber: http://www.wihara.com/forum/topik-umum/2095-paramita.html

Dalam Agama Buddha Mahayana, terdapat 6 sifat luhur atau kesempurnaan (Sad Paramita) sebagai jalan untuk mencapai tingkat Bodhisattva, yaitu:

1.    Dana Paramita, yaitu melatih kemurahan hati.

Menurut cara hidup umat Buddha, Dana itu terbagi atas dua jenis yaitu dan yang dapat dilakukan oleh orang-orang biasa yang belum mencapai kesucian, yang terdiri dari Amisedana dan Dhammadana. Dan dana yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang telah mencapai kesucian, yaitu Atidana dan Mahatidana.

 

Dana yang dapat dilakukan orang-orang biasa, baik yang hidup berkeluarga (umat biasa dan Upasaka-Upasika) maupun yang hidup tidak berkeluarga (bhikkhu-Bhikkhuni) adalah :
1.Amisedana, yaitu dana dalam bentuk materi (benda) yang kita berikan kepada orang-orang yang membutuhkan, misalnya uang, keperluan hidup dan makanan.
2. Dhammadana, yaitu dana dalam bentuk bathin, memberikan khotbah Dhamma, memberikan nasehat-nasehat kepada seseorang sesuai dengan Ajaran Sang Buddha. Menurut kitab suci Prajna Paramita dikatakan, bahwa pemberian Dhamma melebihi segala macam pemberian lainnya.

Dana yang dapat dilakukan oleh orang-orang suci, yakni Sotapanna, Sakadagami, Anagami, Arahat dan Bodhisattva adalah:
1. Atidana, Dana yang dilakukan seseorang untuk kepentingan orang banyak dengan meninggalkan segala kesenangan dan harta bendanya. Misalnya dengan pengorbanan Pangeran Siddharta meninggalkan istananya sebagai calon raja, meninggalkan istri dan anaknya untuk kebahagiaan orang banyak.
2.Manatidana, Pengurbanan jiwa-raga seseorang untuk kepentingan/kebahagiaan orang (makhluk) lain yang sedang menderita. Misalnya dalam cerita dongeng mengenai Bodhisattva Avalokitescara dan pada cerita Jataka.

 

2.    Sila -Paramita, yaitu melatih tidak mengutamakan diri sendiri.

Bila seseorang memberikan dana, maka sebaiknya ia juga melatih Sila-Paramita dari cinta kasih tanpa membeda-bedakan antara pribadi sendiri dan pribadi orang lain. Ia seharusnya juga mendermakan kemurahan hati, welasasih yang tidak mementingkan diri sendiri dan rasa simpati terhadap sesama hidup.

 

3.    Kshanti-Paramita, yaitu melatih kesabaran dan rendah hati.
Seseorang yang mencapai kesucian tidak akan pernah mengatakan bahwa ia telah mencapai kesucian kepada orang lain. Mereka tidak mengharapkan pujian dalam berbuat baik, mereka tidak merasa bangga bila dipuji dan mereka juga tidak kecewa seandainya dicaci.

 

4.    Viriya-Paramita, yaitu Melatih keuletan dan pengabdian.
Sesorang yang telah menyelidiki isi kitab suci agama Buddha dan kemudian dengan penuh semangat dan kemauan menerangkannya kepada orang lain dan mempersembahkan pengertiannya kepada orang banyak.

 

5.    Dhyana-Paramita, yaitu Melatih ketenangan pikiran.
Setiap siswa memperkembangkan pikirannya, memusatkan pikiran (Dhyana), bahwa ia dan makhluk lainnya adalah sama. Bila ia dapat mencapai nirvana, ia juga akan berusaha membebaskan makhluk hidup lainnya. Jikaau maksud dan janji itu dilaksanakan dengan jujur, maka semua makhluk hidup telah turut dibebaskan.

 

6.    Prajna-Paramita, yaitu Melatih kebijaksanaan.
Kata-kata tidak dapat mengutarakan Kesunyataan, apa yang diutarakan dengna kata-kata bukanlah Kesunyataan. Para Buddha dan Bodhisattva bukan memperoleh Penerangan melalui ajaran-ajaran yang terbatas, tetapi disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Disaat kelima Paramita terdahulu telah disempurnakan, maka Prajna-Paramita baru dapat dicapai, ia telah memperoleh Kebijaksanaan Sempurna, untuk menuju tingkat Kebuddhaan.

Sedangkan dalam Agama Buddha Theravada, dikenal sepuluh Paramita, yaitu:

1.    Dana-Paramita = kesempurnaan beramal.

2.    Sila-Paramita = kesempurnaan melaksanakan sila.

3.    Nekkhamma-Paramita = kesempurnaan melatih penolakan, yaitu penolakan napsu indera.

4.    Panna-Paramita = kesempurnaan melatih kebijaksanaan.

5.    Viriya-Paramita = kesempurnaan melatih usaha (semangat).

6.    Khanti-Paramita = kesempurnaan melatih kesabaran.

7.    Sacca-Paramita = kesempurnaan melatih kebenaran (kata-kata, perbuatan, dan pikiran).

8.    Adhitthana-Paramita = kesempurnaan melatih kehendak dengan mantap (memutuskan sesuatu dan selesai berbuat sesuatu pada waktunya).

9.    Metta-Paramita = kesempurnaan melatih cinta-kasih.

10. Upekkha-Paramita = kesempurnaan melatih keseimbangan batin.

Meditasi dan Manfaatnya

Sumber Mettadewi W.

 

Bhavana (meditasi) berarti pengembangan, yaitu pengembangan batin dalam melaksanakan pembersihannya. Istilah lain yang arti dan pemakaiannya hampir sama dengan bhavana adalah samadhi. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada suatu obyek.

 

Manfaat dari bhavana/meditasi adalah

1.    Bagi orang yang selalu sibuk, meditasi akan menolong dia untuk membebaskan diri dari ketegangan dan mendapatkan relaksasi atau pelemasan.

2.    Bagi orang yang sedang bingung, meditasi akan menolong dia untuk menenangkan diri dari kebingungan dan mendapatkan ketenangan yang bersifat sementara maupun yang bersifat permanen (tetap).

3.    Bagi orang yang mempunyai banyak problem atau persoalan yang tidak putus-putusnya, meditasi akan menolong dia untuk menimbulkan ketabahan dan keberanian serta mengembangkan kekuatan untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.

4.    Bagi orang yang kurang percaya diri sendiri, meditasi akan menolong dia untuk mendapatkan keparcayaan kepada diri sendiri yag sangat dibutuhkannya itu.

5.    Bagi orang yang mempunyai rasa takut dalam hati atau kebimbangan, meditasi akan menolong dia untuk mendapatkan pengertian terhadap keadaan atau sifat yang sebenarnya dari hal-hal yang menyebabkannya takut dan selanjutnya dia akan dapat mengatasi rasa takut itu dalam pikirannya.

6.    Bagi orang yang selalu merasa tidak puas terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya atau dalam kehidupan ini, meditasi akan memberikan dia perubahan dan perkembangan yang menuju pada kepuasan batin.

7.    Bagi orang yang pikirannya sedang kacau dan berputus asa karena kurangnya pengertian akan sifat kehidupan dan keadaan dunia ini, meditasi akan menolong dia utnuk memberikan pengertian padanya bahwa pikirannya itu kacau utnuk hal-hal yang tidak ada gunanya.

8.    Bagi orang yang ragu-ragu dan tidak begitu tertarik kepada agama, meditasi akan menolong dia untuk mengatasi keragu-raguannya itu dan untuk melihat segi-segi serta nilai-nilai yang praktis dalam bimbingan agama.

9.    Bagi seorang pelajar atau mahasiswa, meditasi akan menolong dia untuk menimbulkan dan menguatkan ingatannya serta untuk belajar lebih seksama dan lebih efisien.

10. Bagi orang yang kaya, meditasi akan menolong dia untuk dapat melihat sifat dan kegunaan dari kekayaannya itu, bagaimana cara menggunakan harta tersebut untuk kebahagiaan dirinya sendiri dan kebahagiaan orang lain.

11. Bagi orang miskin, meditasi akan menolong dia untuk memiliki rasa puas dan ketenangan serta tidak melampiaskan rasa iri hati terhadap orang lain yang lebih mampu daripadanya.

12. Bagi seorang pemuda yang sedang berada dalam persimpangan jalan dari kehidupan ini dan dia tidak tahu jalan mana yang akan ditempuhnya, meditasi akan menolong dia untuk mendapatkan pengertian dalam menempuh salah satu jalan yang akan membawa ke tujuannya.

13. Bagi orang yang telah lanjut usia yang telah bosan dengan kehidupan ini, meditasi akan menolong dia ke dalam pengertian yang lebih mendalam mengenai kehidupan ini, dan pengertian tersebut akan memberi dia kelegaan dan kebebasan dari penderitaan serta pahit getirnya kehidupan ini, dan akan menimbulkan kegairahan yang baru bagi dirinya.

14. Bagi orang yang mudah marah, meditasi akan menolong dia mengembangkan kekuatan kemauan untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya.

15. Bagi orang yang bersifat iri hati, meditasi akan menolong dia untuk mengerti tentang bahayanya sifat iri hati itu.

16. Bagi orang yang diperbudak oleh panca inderanya, meditasi akan menolong dia untuk belajar menguasai nafsu-nafsu dan keinginannya itu.

17. Bagi orang yang telah ketagihan minuman keras yang memabukkan, meditasi akan menolong dia untuk menyadari dirinya dan melihat cara mengatasi kebiasaan yang berbahaya itu yang telah memperbudak dan mengikat dirinya.

18. Bagi orang yang tidak terpelajar atau bodoh, meditasi akan memberikan dia kesempatan untuk mengenal diri dan mengembangkan pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna untuk kesejahteraan diri sendiri dan untuk keluarga serta handai taulannya.

19. Bagi orang yang sungguh-sungguh melakukan latihan meditasi yang benar ini, maka nafsu-nafsu dan emosinya tak mempunyai kesempatan untuk memperbodohi dirinya lagi.

20. Bagi orang yang bijaksana, meditasi akan membawa dia kepada kesadaran yang lebih tinggi dan pencapaian penerangan sempurna; dia akan dapat melihat segala sesuatu dengan sewajarnya dan tidak akan terseret lagi ke dalam persoalan-persoalan yang remeh.

21. Selanjutnya, dalam agama Buddha, meditasi yang benar itu dipergunakan untuk membebaskan diri dari segala penderitaan, untuk mencapai Nibbana.

Cara mengatasi kemalasan/ngantuk

Sang Buddha berkata pada Maha Moggallana: “Apakah engkau mengantuk, Moggallana? Apakah engkau mengantuk?”

“Ya, Tuanku.”

“Baiklah, apabila pikiran malas menimpamu, janganlah perhatikan pikiran itu, jangan tinggal-berdiam dengannya. Dengan demikian, perasaan itu mungkin akan berlalu.

“Tetapi bila, setelah itu, kemalasan tidak berlalu, engkau hendaknya memikirkan dan merenungkan Dhamma di dalam batinmu – mengulanginya dalam batin sesuai yang telah engkau dengar dan pelajari. Dengan demikian, kemalasan mungkin akan berlalu.

“Tetapi bila, setelah itu, kemalasan tidak berlalu, engkau hendaknya membacakan Dhamma secara rinci sesuai yang telah engkau dengar dan pelajari. Dengan demikian, kemalasan mungkin akan berlalu.

“Tetapi bila, setelah itu, kemalasan tidak berlalu, engkau hendaknya menarik telingamu dan menggosok anggota badanmu dengan telapak tangan. Dengan demikian, kemalasan mungkin akan berlalu.

“Tetapi bila, setelah itu, kemalasan tidak berlalu, bangkitlah dari tempat dudukmu, basuhlah mukamu, pandanglah ke segala penjuru dan tataplah langit yang berbintang. Dengan demikian, kemalasan mungkin akan berlalu.”

“Tetapi bila, setelah itu, kemalasan tidak berlalu, engkau hendaknya mengembangkan pencerapan cahaya dengan kuat-seperti pada siang hari, demikian pula malam hari; seperti pada malam hari, demikian pula pada siang hari. Jadi dengan batin yang bersih dan tak terhalang, engkau hendaknya mengembangkan kesadaran yang memancar. Dengan demikian, kemalasan mungkin akan berlalu.”

“Tetapi bila, setelah itu, kemalasan tidak berlalu, engkau hendaknya sadar pada apa yang ada di depan dan di belakangmu. Berjalanlah naik turun dengan perasaan yang menatap ke dalam dan batinmu jangan mengembara kemana-mana. Dengan demikian, kemalasan mungkin akan berlalu.”

“Tetapi bila, setelah itu, kemalasan tidak berlalu, berbaringlah diatas sisi kananmu seperti posisi singa dengan satu kaki diatas lainnya, dalam kesadaran penuh dan bersih, dengan pikiran bahwa engkau akan segera bangkit kembali. Setelah bangkit, engkau hendaknya meluruskan badan, berpikir: “Saya tidak akan menuruti kesenangan berbaring, bersandar dan tidur.” Latihlah dirimu seperti ini.”
(Anguttara Nikaya IV : 85 )

 

About

Pengikut