Senin, 20 Mei 2013

Berlatih Meditasi

Oleh Yang Mulia Olande Ananda Thera

 

Pembicaraan tentang meditasi adalah tidak sama dengan mempraktekkan meditasi. Kadang-kadang kita membutuhkan beberapa petunjuk dalam melakukan meditasi, karena kita tidak selalu mengetahui bagaimana cara untuk bermeditasi. Oleh karena itu, pada malam hari ini saya akan mengajarkan kalian cara untuk bermeditasi. Duduklah dengan tenang dan dengarkan instruksi-instruksi berikut dengan baik. Sebelum memulai latihan meditasi yang akan saya ajarkan ini, kita akan melaksanakan Metta Bhavana (Pengembangan Cinta-Kasih Universal), dan setelah itu kita aka berlatih Anapanasati Bhavana atau Pengembangan Kesadaran pada nafas. Pada latihan Anapanasati tersebut, kita bukannaya mencona utnuk masuk pada keadaan yang tanpa sadara ataupun mencapai jhana-jhana, tetapi kita akan berlatih Satipatthana Bhavana (Pengembangan Kesadaran); dan sebagai langkah pertamanya adalah melatih Anapanasati (perhaan pada Pernafasan). SATI artinya Perhatian Murni atau Penyadaran Jeli atau Kesadaran (mindfulness), PATTHANA artinya dasar. Jadi Satipatthana artinya Dasar dari Kesadaran.


Apakah Dasar dari Kesadaran itu? Dasar dari Kesadaran adalah Badan jasmani kita, Perasaan, pencerapan/pengalaman, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran kita sendiri. Singkatnya, kita menyadari Pancakkhanda kita atau nama-rupa. Tujuan dari latihan ini adalah untuk belajar dapat melihat benda-benda sebagaimana mereka adanya.


Meditasi bukanlah semacam cara untuk melarikan diri dari kenyataan menuju fantasi atau khayalan. Sang Buddha mengajurkan kita untuk berlatih dan melihat benda-benda sebagaimana mereka sebenarnnya, atau dalam Bahasa Pali disebut Yathabutanana Dassana. Untuk dapat melihat benda-benda sebagaimana mereka adannya. Dibutuhkan adannya pikiranyang jernih, pikiran yagn tenang,dan pikiran yang bebas dari konsep-konsep, ide-ide, atau prasangka-prasangka. Bila dalam pikiran kita muncul ide-ide atau konsep-konsep atau angan-angan, maka kita harus menyadari bahwa kita sedang berpikir, bahwa kita sedang berfantasi, atau kita sedang melihat gambar dalam batin kita. Gambaran-gambaran batin tersebut memang betul adalah gambaran batin, tetapi mereka bukanlah sesuatu yang riil/nyata.


Juga misalnya bila kita mengalami perasaan nyaman, tidak nyaman, atau netral, mereka itu memang benar perasaan, tetapi hanya perasaan bukan aku, diriku atau milikku. Kalau muncul rasa nyaman, catat itu dalam batin: perasaan…… perasaan….. perasaan, kemudian kita jangan melekat kepada perasaan nyaman tersebut. Demikian juga bila anda mengalami rasa tidak nyaman misalnya sakit, maka cobalah untuk melihatnya sebagai: perasaan…. Perasaan……. Perasaan, dan jangan membenci kepada perasaan sakit tersebut. Jadi kita jangan mencoba untuk menekan perasaan itu, juga jangan melekat kepada perasaan itu, tetapi amatilah perasaaan tersebut saat ia muncul, saat ia bertahan sejenak, dan saat ia lenyap. Dengan demikian kita akan melihat ketidak-kekalan dari perasaan.


Kejadian seperti pada perasaan tersebut, juga berlaku untuk segala sesuatu yang kita lihat, kita dengar, kita cium, kita kecap, kita sentuh, dan kita pikirkan. Semua itu hanya muncul, bertahan sejenak, lalu lenyap.

Jadi tujuan utama dari latihan ini adalah untuk belajar hidup dengan penuh kesadaran, sadar dari waktu ke waktu. Tidak hanyut oleh kejadian-kejadian yang telah lampau dengan melekati atau menyesalinya, ataupun hanyut oleh angan-angan ke masa yang akan datang dengan pengharapan dan rasa cemas; tetapi kita sadar dari waktu ke waktu, apa yang sebenarnya terjadi disini sekarang.


Dengan demikian kita dapat mengetahui banyak hal - keseluruhan Dhamma-, yang sesungguhnya terkandung di dalam jasmani dan batun atau Pancakkhanda kita masing-masing. Kita tidak harus membaca banyak buku untuk menemukan apa sesungguhnya hidup dan kehidupan itu, tetapi kita dapat membaca 'buku' kita sendiri dengan mengamati pikiran, perasaan dan jasmani kita. Pengetahuan yang kita peroleh lewat meditasi ini disebut kebijaksaan (wisdom) atau Pengetahuan pandangan terang (Vipassana Nana), atau Pengetahuan yang dalam (Insight knowledge) atau Kebijaksaan yang tinggi (Insight wisdom). Kebijaksanaan atau pengetahuan yang tinggi tersebut atau penglihatan terhadap benda-benda sebagaimana mereka adannya itu dapat membantu kita untuk terbebas dari bebas keserakahan, kebncian, dan kebodohan/pandangan keliru, dan kemudian dapat membuat kita menjadi bahagia, damai, bebas dari beban-beban karma lampau kita. Dan hal tersebut bahkan dapat menolong kita untuk merealisasi Kebenaran Tertinggi (Unconditon Truth) dan Kedamaian Tertinggi (Highest Peace), yang mengatasi semua pengertian biasa yang ada didunia ini.


Jadi sekarang silakan kalian mengambil posisis duduk yang enak, dimana kalian dapat merasa seimbang/mantap, lalu dudujklah dengan tegak, tetapi tidak kaku. Letakkan tangan kiri dibawah tangan kanan, dan telapak tangan mengahadap keatas. Pejamkan mata, tetapi biarkan ia tetap rileks.


Pertama-tama, marilah kita kembangkan Metta atau perasaan Cinta-kasih Universal kepada semua makhluk, dimula dari diri kira sendiri. Masing-masing kembangkan Metta dengan memikirkan dan mengharapkan:

Semoga saya terbebas dari kemarahan dan ketakutan.…….…(diam sejenak)

Semoga saya terbebas dari keserakahan, kebencian, dan kegelapan.………(diam sejenak)

Semoga saya terbebas dari pertentangan dan penderitaan……(diam sejenak)

Semoga saya sejahtera, damai dan bahagia………(diam sejenak)

Semoga saya selamat dan bahagia………(diam sejenak)

Semoga semua makhluk, yang dekat maupun yang jauh, terbebas dari pertentangan dan penderitaan………(diam sejenak)

Semoga semua makhluk, manusia, binatang, yang tampak maupun yang tidak tampak, hidup sejahtera, damai dan bahagia. ………(diam sejenak)

Semoga semua mkhluk, di semua jurusan, di atas, di bawah, di sekeliling kita, yang dekat maupun jauh, selalu selamat dan bahagia. ………(diam sejenak)


Sekarang marilah kita alihkan perhatian kita, pertama-tama ke jasmani kita, yang duduk disini, dengan merasakan bagaimana jasmani yang menyentuh lantai dan merasakan keseluruhan jasmani dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah (ujung jari kaki).


Juga kita sadar akan suara-suara yang ada disekitar kita, demikian juga keheningan yang ada di sekitar kita maupun di dalam diri kita. ………(diam sejenak)


Kemudian pergunakan Sati (Perhatian Murni) anda, pusatkan Perhatian anda, mula-mula naik dari bawah menuju ke atas badan, ke arah hidung (lubang hidung). Coba rasakan nafas anda; tariklah dua sampai tiga kali nafas panjag untuk merasakan udara yang menyentuh lubang hidung.………(diam sejenak)

Setelah menarik nafas panjang tadi dan anda dapat merasakan sentuhan udara di lubang hidung tersebut, sekarang bernafaslah seperti biasa (normal). Pusatkan perhatian anda pada lubang hidung, rasakan nafas masuk dan nafas keluar yagn selalu menyentuh titik tersebut. Kita jangan memaksakan nafas kita, Juga kita jangan mengikuti jalannya nafas yang masuk dan keluar, tetapi pusatkan perhatian anda hanya pada satu titik di lubang hidung anda. Kemudian cobalah lihat perasaan kita ketika permulaan, pertengahan dan akhir dari masing-masing nafas yang masuk dan keluar. ………(diam sejenak)


Dengan tenang, teruskanlah latihan ini untuk beberapa menit………(diam selama sekitar 10 menit)


Kadang-kadang pikiran anda tidak bisa tetap tnggal pada objek (nafas), tetapi mulai mengembara ke masa lampau atau ke masa yang akan datang. Jangan cemaskan hal itu, itu adalah wajar, alamiah, dan merupakan kondisi dari pikiran. Cobalah untuk menyadari secepat mungkin pikiran anda yang mengembara itu. Jangan melekat kepada bentuk-bentuk pikiran yang muncul, juga jangan mengutuk atau marah kepada bentuk-bentuk pikiran tersebut. Yang perlu anda lalukan hanyalah mencatatnya dalam batin: berpikir……. berpikir……. berpikir……., kemudian biarkan pikiran tersebut lewat/lalu. Lalu coba kembalikan perhatian anda kepada obyek semula, yaitu anapati (nafas): nafas masuk dan nafas keluar………(diam sejenak)


Kadang-kadang anda mungkin akan mendengar suara-suara tertentu di sekitar anda. Cukup anda sadari: mendengar….. mendengar…. mendengar. Apabila anda mendengar suarau-suara, jangalah sampai pikiran anda terbawa atau hanyut ileh suara tersebut. ………(diam sejenak)


Kadang-kadang anda akan merasakan sakit pada jasmani anda dan tidak dapat berkonsentrasi pada nafas - karena sakit di badan lebih kuat daripada obyek nafas nada -, cobalah untuk tidak mengubah posisi anda dengan seketika, tetapi pakailah perasaan sakit tersebut sebagai obyek yang jelas dari Perhatian anda. Jika anda tidak dapat merasakan nafas, tetapi merasakan sakit tersebut, bergembiralah karena anda sedang mendapatkan obyek yang jelas, dan menyadari bahwa perasaan itu yang dominasi sekarang. Biarikan ia terasa dalam kesadaran anda. Janganlah mencoba untuk melawannya atau menekannya, atau marah padannya - karena ia tidak menyenangkan-, tetapi cukup anda catat dalam batin: merasa sakit…. merasa sakit…… merasa sakit.


Kemudian ingatkan diri anda bawah nafas anda masih tetap berlangsung di sana (di lubang hidung), kemudian kembali arahkan pikiran anda ke lubang hidung. ………(diam sejenak)


Nafas yang tadi telah berlalu, nafas yang berikut belum hadir, tetapi anda dapat merasakan nafas yang sekarang. Setiap saat nafas yang berbeda akan masuk dan keluar.


Sekarang, sebelum kita mengakhiri latihan meditasi ini, marilah sekali lagi kita kembangkan Cinta-kasih Universal (Metta) kepada semua makhluk dengan mempraktekkan Metta Bhavana menurut cara anda masing-masing untuk beberapa menit.


Semoga semua makhluk sejahtera, damai dan bahagia………(diam sejenak)

Semoga semua makhluk selamat dan bahagia………(diam sejenak)

 

Sekarang, sebelum anda membuka mata anda, sadarilahj suara-suara ataupun keheningan yang ada disekitar anda dan di dalam diri anda. Kemudian rasakan jasmani anda yang sedang duduk di sini sekarang. Sambil menikmati kedamaian dan kebahagiaan, perlahan-lahan bukalah mata anda dan rileks-lah. (Latihan selesai)

 

[Dikutip dari Mutiara Dhamma IV>(Sumber: khotbah Ven. Olande Ananda Thera di Denpasar tanggal 24 Nov 1991]

 

 

2012, Kiamatkah?

Sumber: Internet

 

Dalam talkshow All is well, Ajahn Brahm berbagi cerita kepada kita bahwa 6 Bulan lalu ada seorang Gadis berumur 14 tahun dari Singapura mengeluh kepadanya karena teman – temannya mengatakan pada tahun 2012 ini akan kiamat, lalu gadis itu berkata “Sungguh tidak adil! Saya baru berumur 14 tahun dan itu masih terlalu dini, tapi tahun 2012 mau kiamat dan saya belum melakukan apa - apa .”

 

Ajahn Brahm lalu berkata padanya, “Tahun ini bukan tahun 2012, Kita ini adalah umat Buddha, jadi tahun ini adalah tahun 2555 dalam Kalender Buddhist. Jadi, bagi umat Buddha, tahun ini tidak akan kiamat dan mungkin akan kiamat bagi umat lain. hahaha…(ket: dalam kalender buddhist, tahun 2012 adalah tahun 2555)”

 

“Coba kamu lihat angkanya, 2-5-5-5, itu adalah angka hoki! Dan angka ini lebih hoki lagi jika kamu berada di Thailand. Angka “5” dalam bahasa Thailand adalah “ha”. Jadi tahun ini berarti tahun “two-ha-ha-ha”. Tahun yang sangat hoki! Jadi melalui cerita itu kita bisa melihat hidup ini dari sudut pandang yang berbeda. ALL IS WELL.”

MANGALA SUTTA (Sutta tentang Berkah Utama)

EVAMME SUTAM,
EKAM SAMAYAM BHAGAVA, SAVATTHIYAM VIHARATI, JETAVANE ANATHAPINDIKASSA ARAME. 
ATHA KHO ANATHARA DEVATA, ABHIKKANTAYA RATTIYA ABHIKKANTAVANNA KEVALAKAPPAM JETAVANAM OBHASETVA. YENA BHAGAVA TENUPASANKAMI, UPASANKAMITVA BHAGAVANTAM ABHIVADETVA EKAMANTAM ATTHASI, EKAMANTAM THITA KHO SA DEVATA BHAGAVANTAM GATHAYA AJJHABASI:

BAHU DEVA MANUSSA CA
MANGALANI ACINTAYUM
AKANKHAMANA SOTTHANAM
BRUHI MANGALAMUTTAMAM

ASEVANA CA BALANAM
PANDITANANCA SEVANA
PUJA CA PUJANIYANAM
ETAMMANGALAMUTTAMAM

PATIRUPADESAVASO CA
PUBBE CA KATAPUNNATA
ATTASAMMAPANIDHI CA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

BAHUSACCANCA SIPPANCA
VINAYO CA SUSIKKHITO
SUBHASITA CA YA VACA
ETAMMANGALAMUTTAMAM 

MATAPITU UPATTHANAM
PUTTADARASSA SANGAHO
ANAKULA CA KAMMANTA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

DANANCA DHAMMACARIYA CA
NATAKANANCA SANGAHO
ANAVAJJANI KAMMANI
ETAMMANGALAMUTTAMAM

ARATI VIRATI PAPA
MAJJAPANA CA SANNAMO
APPAMADO CA DHAMMESU
ETAMMANGALAMUTTAMAM

GARAVO CA NIVATO CA
SANTUTTHI CA KATANNUTA
KALENA DHAMMASAVANAM
ETAMMANGALAMUTTAMAM

KHANTI CA SOVACASSATA
SAMANANANCA DASSANAM
KALENA DHAMMASAKACCHA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

TAPO CA BRAHMACARIYANCA
ARIYASACCANA DASSANAM
NIBBANASACCHIKIRIYA CA
ETAMMANGALAMUTTAMAM

PHUTTHASSA LOKADHAMMEHI
CITTAM YASSA NA KAMPATI
ASOKAM VIRAJAM KHEMAM
ETAMMANGALAMUTTAMAM

ETADISANI KATVANA
SABBATTHAMAPARAJITA
SABBATTHA SOTTHIM GACCHANTI
TANTESAM MANGALAMUTTAMAM` TI.


Demikianlah telah kudengar :
Pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di dekat Savatthi, dihutan Jeta di Vihara Anathapindika. Maka datanglah dewa, ketika hari menjelang pagi, dengan cahaya yang cemerlang menerangi seluruh hutan Jeta menghampiri Sang Bhagava, menghormat Beliau lalu berdiri di satu sisi. Sambil berdiri disatu sisi, dewa itu berkata kepada Sang Bhagava dalam syair ini :

“Banyak Dewa dan manusia
Berselisih paham tentang berkah
Yang diharapkan membawa keselamatan;
Terangkanlah, apa Berkah Utama itu ? “
 
“Tidak bergaul dengan orang yang tidak bijaksana
Bergaul dengan mereka yang bijaksana.
Menghormat mereka yang patut dihormat ,
Itulah Berkah Utama
 
Hidup di tempat yang sesuai
Berkat jasa-jasa dalam hidup yang lampau
Menuntun diri ke arah yang benar
Itulah Berkah Utama
 
Memiliki pengetahuan dan keterampilan
Terlatih baik dalam tata susila
Ramah tamah dalam ucapan
Itulah Berkah Utama
 
Membantu ayah dan ibu
Menyokong anak dan isteri
Bekerja bebas dari pertentangan
Itulah Berkah Utama
 
Berdana dan hidup sesuai dengan Dhamma
Menolong sanak keluarga
Bekerja tanpa cela
Itulah Berkah Utama 
  
Menjauhi, tidak melakukan kejahatan
Menghindari minuman keras 
Tekun melaksanakan Dhamma
Itulah Berkah Utama
 
Selalu menghormat dan rendah hati
Merasa puas dan berterima kasih
Mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai
Itulah Berkah Utama
 
Sabar, rendah hati bila diperingatkan
Mengunjungi para pertapa 
Membahas Dhamma pada saat yang sesuai
Itulah Berkah Utama
 
Bersemangat dalam menjalankan hidup suci
Menembus Empat Kesunyataan Mulia
Serta mencapai Nibanna
Itulah Berkah Utama
 
Meski tergoda oleh hal-hal duniawi
Namun batin tak tergoyahkan,
Tiada susah, tanapa noda, penuh damai
Itulah Berkah Utama
 
Karena dengan mengusahakan hal-hal itu
Manusia tak terkalahkan di mana pun juga
Serta berjalan aman ke mana juga
Itulah Berkah Utama.

Bunda,,,Tolong Mandikan aku sekali saja

Sumber: internet

 

Dewi adalah sahabat saya, ia adalah seorang mahasiswi yang berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ”Why not to be the best?,” begitu ucapan yang kerap kali terdengar dari mulutnya, mengutip ucapan seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Kampus, mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht-Belanda, Dewi termasuk salah satunya.

Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dewi mendapat pendamping hidup yang ”selevel”; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. tak lama berselang lahirlah Bayu, buah cinta mereka, anak pertamanya tersebut lahir ketika Dewi diangkat manjadi staf diplomat, bertepatan dengan suaminya meraih PhD. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.

Ketika Bayu, berusia 6 bulan, kesibukan Dewi semakin menggila. Bak seekor burung garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebagai seorang sahabat setulusnya saya pernah bertanya padanya, “Tidakkah si Bayu masih terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal oleh ibundanya ?” Dengan sigap Dewi menjawab, “Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya dengan sempurna”. “Everything is OK !, Don’t worry Everything is under control kok !” begitulah selalu ucapannya, penuh percaya diri.

Ucapannya itu memang betul-betul ia buktikan. Perawatan anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter termahal. Dewi tinggal mengontrol jadwal Bayu lewat telepon. Pada akhirnya Bayu tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas mandiri dan mudah mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang betapa hebatnya ibu-bapaknya. Tentang gelar Phd. dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang berlimpah. “Contohlah ayah-bundamu Bayu, kalau Bayu besar nanti jadilah seperti Bunda”. Begitu selalu nenek Bayu, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Bayu berusia 5 tahun, neneknya menyampaikan kepada Dewi kalau Bayu minta seorang adik untuk bisa menjadi teman bermainnya dirumah apa bila ia merasa kesepian.

Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Dewi dan suaminya kembali meminta pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Bayu. Lagi-lagi bocah kecil inipun mau ”memahami” orangtuanya.

Dengan Bangga Dewi mengatakan bahwa kamu memang anak hebat, buktinya, kata Dewi, kamu tak lagi merengek minta adik. Bayu, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek dan sangat mandiri. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Dewi pada saya , Bayu selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Dewi sering memanggilnya malaikat kecilku. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, namun Bayu tetap tumbuh dengan penuh cinta dari orang tuanya. Diam-diam, saya jadi sangat iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Dewi berangkat ke kantor, entah mengapa Bayu menolak dimandikan oleh baby sitternya. Bayu ingin pagi ini dimandikan oleh Bundanya,” Bunda aku ingin mandi sama bunda…please…please bunda”, pinta Bayu dengan mengiba-iba penuh harap.

Karuan saja Dewi, yang detik demi detik waktunya sangat diperhitungkan merasa gusar dengan permintaan anaknya. Ia dengan tegas menolak permintaan Bayu, sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Bayu agar mau mandi dengan baby sitternya. Lagi-lagi, Bayu dengan penuh pengertian mau menurutinya, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini terus berulang sampai hampir sepekan. “Bunda, mandikan aku !” Ayo dong bunda mandikan aku sekali ini saja…?” kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tapi toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Bayu sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama Mbanya.

Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telpon dari sang baby sitter, “Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang di periksa di Ruang Emergency”.

Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu, sedang meresmikan kantor barunya di Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD. Tapi sayang… terlambat sudah…Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya.. Terlihat Dewi mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah untuk memandikan putranya, setelah bebarapa hari lalu Bayu mulai menuntut ia untuk memandikannya, Dewi pernah berjanji pada anaknya untuk suatu saat memandikannya sendiri jika ia tidak sedang ada urusan yang sangat penting. Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga, meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku.

Ditengah para tetangga yang sedang melayat, terdengar suara Dewi dengan nada yang bergetar berkata “Ini Bunda Nak…., Hari ini Bunda mandikan Bayu ya…sayang….! akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda ya Nak..” . Lalu segera saja satu demi satu orang-orang yang melayat dan berada di dekatnya tersebut berusaha untuk menyingkir dari sampingnya, sambil tak kuasa untuk menahan tangis mereka.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil. . Berkali-kali Dewi, sahabatku yang tegar itu, berkata kepada rekan-rekan disekitanya, “Inikan sudah takdir, ya kan..!” Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya di panggil, ya dia pergi juga, iya kan?”. Saya yang saat itu tepat berada di sampingnya diam saja. Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dengan kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tidak perlu hiburan dari orang lain.

Sementara di sebelah kanannya, Suaminya berdiri mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat pasi dengan bibir bergetar tak kuasa menahan air mata yang mulai meleleh membasahi pipinya.

Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lagi suara Dewi berujar, “Inilah konsekuensi sebuah pilihan!” lanjut Dewi, tetap mencoba untuk tegar dan kuat.

Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang menusuk hidung hingga ke tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa di duga-duga tiba-tiba saja Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat diatas pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. “Bayu maafkan Bunda ya sayaang..!!, ampuni bundamu ya nak…? serunya berulang-ulang sambil membenturkan kepalanya ketanah, dan segera terdengar tangis yang meledak-ledak dengan penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara putra tercintanya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.

Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini saya menyaksikan Dewi menangis dengan histeris seperti ini.

Lalu terdengar lagi Dewi berteriak-teriak histeris “Bangunlah Bayu sayaaangku….Bangun Bayu cintaku, ayo bangun nak…..?!?” pintanya berulang-ulang, “Bunda mau mandikan kamu sayang…. Tolong Beri kesempatan Bunda sekali saja Nak…. Sekali ini saja, Bayu.. anakku…?” Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya berkali-kali ke tanah lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang yang sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Bayu.

Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat manusuk hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa yang menyayat hati ini…tapi apa hendak di kata, nasi sudah menjadi bubur, sesal kemudian tak berguna. Bayu tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya dimandikan oleh orang tuanya karena mereka merasa bahwa banyak hal yang jauh lebih penting dari pada hanya sekedar memandikan seorang anak.

Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua yang sering merasa hebat dan penting dengan segala kesibukannya.

 

About

Pengikut