Itivuttaka
3.67
Hening dalam tubuh, hening dalam ucapan,
... hening dalam
batin, tanpa noda,
orang bijak terberkahi dengan keheningan.
Ia sungguh terbersihkan dari kejahatan.
Kāyamuniṃ vācāmuniṃ,
manomunimanāsavaṃ,
muniṃ moneyyasampannaṃ.
Āhu ninhātapāpakaṃ.
Silent in body, silent in speech,
silent in mind, without defilement,
blessed with silence is the sage.
One is truly washed of evil.
Kamis, 23 Mei 2013
Keheningan
Waisak
Salah satu
hari besar agama Buddha adalah hari Trisuci
Waisak yang merupakan hari Raya paling besar dan paling bermakna bagi
umat Buddha. Kata “Waisak”
sendiri berasal dari bahasa Pali “Vesakha” atau di dalam bahasa Sansekerta disebut
“Vaisakha”. Nama “Vesakha” sendiri diambil dari salah satu bulan dalam kalender
buddhis yang biasanya jatuh pada bulan Mei kalender Masehi.
Namun, terkadang hari Waisak jatuh pada akhir bulan April atau awal bulan Juni.
Hari Raya Waisak sendiri dikalangan umat Buddha sering disebut dengan hari raya
Trisuci Waisak.
Disebut demikian karena Waisak memperingati tiga peristiwa penting yang
semuanya terjadi di bulan Vesakha dan pada waktu yang sama yaitu tepat saat
bulan purnama.
Tiga peristiwa penting itu adalah:
1.
Lahirnya Pangeran
Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 S.M.,
2.
Pangeran Siddharta mencapai
Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35
tahun pada tahun 588 S.M.
3.
Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80
tahun pada tahun 543 S.M.
Note: Sang Buddha lahir, pencapaian sempurna dan
meninggal di tanggal dan bulan yang sama (yaitu bulan waisak tersebut).
Keputusan
merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia
(World Fellowship of Buddhists - WFB) yang pertama di Sri Lanka
pada tahun 1950.
Biasanya pada hari waisak, umat Buddha merayakannya dengan pergi ke vihara dan
melakukan ritual puja-bhakti. Harus dimengerti bahwa umat Buddha melaksanakan
ritual puja-bhakti adalah bertujuan untuk mengingat kembali ajaran sang Buddha
dan melaksanakan ajaran yang telah diajarkan oleh Sang Buddha.
Bagi umat
Buddha, hal tersebut berarti menaati peraturan moral, seperti menghindari
pembunuhan makhluk hidup, mencuri, berbuat asusila, berbohong dan
mabuk-mabukkan. yang kita kenal dengan Pancasila Buddhis. Selain kelima
larangan tersebut, umat Buddha ketika hari Waisak biasanya mengembangkan
cinta-kasih dengan cara membantu fakir-miskin atau mereka yang membutuhkan,
melepas hewan (biasanya burung) sebagai simbol cinta-kasih dan penghargaan
terhadap lingkungan, serta merenungkan segala perbuatan yang telah dilakukan
apakah baik atau buruk sehingga diharapkan di masa mendatangkan tidak
mengulangi perbuatan yang buruk yang dapat merugikan.
Sumber :
http://pranataharri.blogspot.com
wikipedia