Oleh: Yang Mulia Bhikkhu Vijito
Pada hari ini, kita semua telah hadir di sini untuk
mendengarkan Dhamma, mendengarkan Dhamma adalah salah satu berkah utama, sambil
mendengarkan Dhamma kita berusaha untuk membuat tubuh tegak dalam sikap duduk
dan pikiran berusaha berkonsentrasi. Pada jaman Sang Buddha, orang mendengarkan
Dhamma dengan penuh perhatian; duduk bersila sambil memejamkan mata, mengawasi
pikiran, mengontrol pikiran, menyadari, bahwa tempat ini sesuai untuk
mendengarkan Dhamma, melatih pikiran, dan mengetahui, mengapa kita berkumpul di
sini.
Kadang-kadang kita tidak mau menyadari, kita tidak mau tahu,
mengapa kita di sini ..?. Kita tidak mengerti apa yang seharusnya dimengerti,
dengan kata lain kita tidak tahu benar-benar bagaimana sebenarnya sesuatu itu
atau sesuatu itu sebenarnya apa.
Marilah saat ini kita menenangkan diri, jangan resah dan
bingung, orang yang telah mencapai pencerahan telah menjelaskan bagaimana
sebenarnya mengendalikan pikiran yang terombang-ambing, tujuan kita datang di
sini untuk mendengarkan Dhamma, melatih pikiran, mengawasi pikiran, selanjutnya
kita berusaha mengembangkan ketenangan batin, cinta kasih dan kasih sayang
kepada semua makhluk hidup.
Mengamati, memeriksa di dalam diri adalah hal yang
terpenting, kita harus berjaga-jaga terhadap tindakan, ucapan, dan
bentuk-bentuk pikiran. Sebagaimana tindakannya, begitu juga hasil yang akan
terjadi, sama seperti benih yang ditanam, begitu pula buah yang akan dipanen,
sebagaimana tindakan-tindakan kita, begitu juga buah tindakan kita.Di manakah
kita harus berjaga-jaga..?. Pada tindakan fisik ucapan dan pikiran. Dalam
kehidupan umum kita begitu banyak mementingkan tindakan fisik ,kita kurang
memperhatikan pentingnya tindakan ucapan dan hampir tidak menaruh perhatian
sama sekali terhadap tindakan pikiran. Bila sesuatu muncul dalam pikiran, mau
diapakan ..?. Tetapi setelah kita menyadari kebenaran dalam diri, hukum
kebenaran itu akan mulai menampakkan dirinya. Hukum kebenaran akan menjadi
sangat jelas sehingga tindakan pikiranlah yang menjadi sangat penting. Bukan
tindakan fisik dan bukan tindakan ucapan.
Bila kita selalu waspada terhadap tindakan pikiran kita,
kita tidak perlu mencemaskan perbuatan fisik maupun ucapan; secara teratur
perbuatan fisik maupun ucapan akan menjadi baik karena segalanya dimulai dari
dalam pikiran lebih dahulu. Semua tindakan dimulai dari pikiran, ketika pikiran
menjadi menguat dan makin menguat maka tindakan itu lalu mewujudkan diri
sebagai tindakan ucapan, jika bertambah menguat dan makin menguat maka tindakan
itu akan mewujudkan diri sebagai tindakan fisik. Segalanya dimulai dari dalam
pikiran, karena itu tindakan pikiran adalah yang paling penting. Pikiran
mendahului segalanya. Setiap tindakan dimulai dari pikiran dulu, baru setelah
itu ada di tingkat ucapan atau fisik. Oleh sebab itulah maka pikiran itu paling
penting.
Pikiran mempunyai arti yang penting. Apapun yang dialami
orang dalam kehidupan ini; menyenangkan, tidak menyenangkan, baik, buruk atau
apapun sebutannya, apapun yang dialami orang dalam kehidupan, semuanya tidak
lain tidak bukan hanyalah produk pikiran. Jika seseorang melakukan suatu
tindakan pada tingkat fisik atau ucapan dengan dasar pikiran yang tidak murni,
berarti dasarnya salah atau tidak murni maka kesengsaraan akan terus menerus
mengikuti kemanapun orang itu pergi, dari tempat ini ke tempat lainnya, dari
bumi ini ke bumi lainnya; kemanapun kita pergi tidak ada hal lain kecuali
kesengsaraan dan penderitaan. Penderitaan akan selalu mengikutinya seperti roda
pedati yang selalu mengikuti kuda yang diiikatkan pada pedati itu karena kuda
itu terikat pada pedati maka kemanapun kuda itu lari maka roda itu akan terus
mengikuti dan terus mengikuti.
Bila seseorang melakukan tindakan fisik atau ucapan dengan
dasar pikiran yang murni, maka hanya kebahagiaan yang akan mengikutinya,
kemanapun kita pergi, kebahagiaan ada di sini seperti bayang-bayang yang selalu
mengikuti.
Pikiran adalah dasar yang paling penting, jika dasarnya
murni maka semua tindakan kita apapun bentuknya akan memberikan dan membawa
buah-buah yang baik saja, tetapi jika dasarnya tidak murni maka hasilnya atau
buahnya pasti jelek, sekarang akan menderita di sini dan terus menderita di
masa yang akan datang. Jika melakukan tindakan-tindakan yang baik, seseorang
akan bahagia di sini dan di masa yang akan datang.
Tidak ada kekuatan di luar yang dapat melakukan semua hal
itu karena hukum kebenaran memang demikian. Semakin dalam kita menyadari hukum
kebenaran ini, maka kita semakin mengerti dan tidak akan melakukan apapun yang
akan membuahkan kesengsaraan bagi kita. Kita hanya akan melakukan hal-hal yang
akan membawa kedamaian bagi kita. Beginilah hukum kebenaran itu, hanya bisa
terjadi jika mengamati perasaan yang paling kasar menuju yang paling halus,
lalu seluruh hukum itu menjadi jelas.
Kita harus berhati-hati terhadap tindakan-tindakan kita,
tindakan-tindakan mental kita, tetapi orang tidak dapat berhati-hati terhadap
tindakan pikiran kecuali jika kita memahami apa pikiran itu, dan bagaimana
pikiran bekerja. Dengan latihan kesadaran yang bergerak dari kepala ke kaki,
kita hanya menjelajahi kebenaran yang berhubungan dengan tubuh, selain itu kita
harus menjelajahi kebenaran yang berhubungan dengan pikiran; bila kita sudah
lebih maju lagi akan lebih jelas bagaimana seharusnya seluruh fenomena
materi-batin itu, dan bagaiamana pengalaman itu bekerja .
Di mana tempatnya dan apa hasilnya ..?. Hasilnya Dhamma
muncul, ia muncul bersama pengertian dan pengetahuan kita. Semua orang bisa dan
mampu mengerti Dhamma, ini bukanlah sesuatu yang harus dicari di buku, kita
tidak harus banyak belajar untuk bisa melihatnya ,renungkanlah sekarang uraian
di bawah ini tentang kesadaran ,perasaan, bentuk-bentuk pikiran dan pencerapan.
Semua ini ada di dalam diri tubuh kita yang tidak kekal, keinginan yang timbul
itu semua telah bekerja dan kontak dengan indria kita; tugas kita sekarang
hanya mengamati, menyadari memeriksa, menganalisa, memilah-milah, membagi-bagi,
memahami, tidak mengikat, tidak melekat, tetapi ketaka melepas, melepas sesuatu
yang muncul, ulangi berkali-kali, sampai kita mampu melihat dengan jelas.
[ Dikutip dari Gema Dhammavaddhana Edisi 7 ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar