Minggu, 12 Mei 2013

Mara

by Huang Amada


Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 57 berikut :

Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila, yang hidup tanpa kelengahan, dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna.

(Dhammapada, Bab 3, Pikiran (Citta Vagga), Syair 57, Kisah Godhika Thera)

Mara? Apakah Itu? Apakah sejenis Iblis/Setan atau mahluk halus sebagamana layaknya sosok antagonis dari kalangan Abrahamic? Atau apakah itu merupakan sifat/perilaku Negatif?

Artikel dibawah ini, merupakan sebuah jawaban atas Fitnah yang selalu dialamatkan kepada Mara yang telah terjadi selama ratusan tahun mungkin juga ribuan tahun, sekaranglah saatnya untuk kita mengetahui arti sebenar-benarnya dari Mara itu!

* * *
Yang pasti adalah Mara bukanlah termasuk kelompok setan/Iblis, jin ataupun mahluk halus. Mara banyak di sebut-sebut dalam literatur Buddhis, beberapa konfirmasi di bawah ini menunjukan bahwa Mara adalah jelas bukan sosok Iblis namun termasuk kelompok para Dewa!

"Ananda, ada delapan macam perhimpunan, yaitu Perhimpunan para kesatriya, para brahmana, orang-orang berumah tangga, para pertapa, para dewa Catummaharajika, para dewa Tavatimsa, para Mara dan para dewa Brahma.”
(Digha Nikaya, Maha Vagga, 16. Mahaparainibanna Suta, Bab III, Delapan Macam Perhimpunan, no. 21, CV. Lovina Indah, Jakarta 1989)

Dan juga pada kutipan berikut:

“Sariputta ada delapan kelompok. Apakah delapan kelompok itu? Kelompok kesatria, brahmana, perumah-tangga, petapa, dewa Catummaharajika, dewa Tavatimsa, Mara dan Brahma.”

(Digha Nikaya, Maha Vagga, MAHASIHANADA SUTTA (12), Attha Parisa (Delapan Kelompok), Sumber : Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya I Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha, Penerbit : Proyek Sarana Keagamaan Buddha Departemen Agama RI, 1993)
Konfirmasi dari literatur di atas sudah menggambarkan dengan jelas bahwa Mara termasuk pada kelompok para Dewa yang berada hanya satu tingkat di bawah Brahma. Mara merupakan Dewa dari alam Kamaloka. Alam kamaloka terbagi dua, yaitu alam Sugati (kesenangan) dan alam Dugati (Penderitaan). Alam tempat Dewa mara tinggal berada pada kelompok alam Sugati yang disebut sebagai alam Dewa Paranimmitavasavatti.

Dimana alam Dewa Paranimmitavasavatti itu berada?

Alam Dewa Paranimmitavasavatti adalah Alam Dewa tertinggi di Kamaloka dan letaknya persis satu tingkat lebih rendah dari alam Dewa Brahma tingkat yang terendah, yaitu alam Dewa Brahma Parisajja.

Mara juga dinamakan Vasavatti atau “Ia yang memimpin/memerintah semuanya”. Nama itu bukanlah tanpa sebab karena Ia adalah raja diraja penguasa alam Kamaloka!

Alam Dewa Paranimmitavasavatti berada 4 (empat) tingkat lebih tinggi dari Alam dewa Tãvatimsa, di mana Dewa Sakka/Sakra/Indra tinggal. Bahkan alam Dewa TUSITA, yaitu tempat di mana Calon Buddha Matreya dan juga Ibunda dari Sidharta Gautama tinggal, berada 2 (dua) tingkat lebih rendah dari alam Dewa Mara ini!

Bukankah hebat Karma yang pernah diperoleh oleh Dewa Mara Vasavatti tersebut!

Kelompok Dewa terendah kedua dalam jajaran alam Sugati, adalah Cātummahārājika, tempat berdiamnya Empat raja langit (Empat Maharaja).

Para gandarwa, Naga, Kumbhandas, Yaksa dan Garuda adalah pasukan dari Empat raja langit dan mereka termasuk didalam kelompok dewa jadi jelas pula bahwa mereka bukan termasuk kelompok jin, setan dan/atau mahluk halus

Urutan paling boncel di jajaran alam Sugati diduduki oleh alam Asura. Jadi, dikisahkan bahwa dahulunya asura berada di alam Dewa Tãvatimsa. Demi menjaga martabat para Dewa dan Bidadari yang berada di Alam Dewa Tãvatimsa maka Dewa Sakka terdahulu, pernah mengeluarkan larangan untuk minum semacam anggur, karena dapat memabukan. Dalam satu perayaan, yaitu ketika Dewa Sakka saat ini menjadi bosnya para dewa alam Dewa Tãvatimsa, terdapat sekelompok dewa, yang kelak dinamakan asura, kedapatan tengah bermabuk-mabukan. Saat itu pula-lah sekawanan dewa pemabuk itu digelandang dan diusir dari alam Dewa Tãvatimsa.

Para Asura, kerap merindukan indahnya kehidupan alam Tãvatimsa dan ada niatan mereka untuk kembali / merebut alam Tãvatimsa dan mengakibatkan banyak perang di antara 2 (dua) kelompok itu. Perang yang banyak terjadi itu akhirnya berakhir ketika Dewa Sakka jatuh cinta pada suja, putri raja Asura. Dari semua bakal calon yang berhasrat mempersunting putri raja Asura itu, Suja akhirnya memilih untuk menikah dengan Dewa Sakka.

Jadi, Asura-pun termasuk kelompok para Dewa. Sedangkan, para Jin/mahluk halus berada pada kelompok alam Dugati (alam Penderitaan) bersama dengan kelompok binatang dan alam Neraka.

Walaupun terdapat banyak literatur yang menyatakan bahwa alam Manussa (meliputi semua bentuk kehidupan manapun yang memiliki jati diri dan kemampuan seperti kita para manusia) termasuk ke dalam kelompok alam Sugati, namun demikian terdapat beberapa hal yang patut dipertimbangkan yaitu:

Manusia bukan termasuk kelompok Dewa sehingga default system kelahiran kita adalah tidak langsung dapat menjadi sakti kecuali kasuistik sehingga untuk dapat menjadi sakti dan berkemampuan seperti Dewa atau bahkan melebihinya (dalam kasus menjadi Sammasambudda dan Arahat yang mempunyai Abbhina) maka manusia perlu belajar dan berlatih.
Banyak dikatakan bahwa terlahir kembali menjadi manusia merupakan suatu keberuntungan karena berkesempatan untuk menapak jenjang tingkatan kesucian 1 s/d 4 yang hanya dapat dicapai justru mulai dari alam Manusia sampai ke alam di atasnya namun demikian Buddha berulang-ulang kali kerap menyatakan bahwa hidup di dunia ini merupakan penderitaan karena mengalami (sakit, mati dan tua).
Umur menikmati kesengsaraan adalah sama sebentarnya dengan umur menikmati kesenangan, kecuali kasuistik di mana terdapat segelintir orang yang dapat menikmati kesenangan sejak dilahirkan hingga mati walaupun masih tidak terhindar dari perasaan kesusahan, sakit, tua dan mati. Terlebih banyak daripada itu adalah mereka-mereka yang selalu berada dalam keadaan kesusahan
Umur menikmati karma baik adalah sangat singkat, namun demikian saat seseorang mencapai tingkat Arahat ia-pun hanya sebentar untuk menunggu agar dapat menikmati vipakanya (karma/buah) pencapaiannya dibandingkan dengan saat ia menjadi Arahat di alam Dewa yang membutuhkan waktu tunggu jauh lebih panjang bahkan sampai dengan jutaan tahun untuk dapat menikmati buahnya.
Atas dasar itulah, maka Aku lebih suka untuk menggolongkan alam Manussa sebagai alam pertengahan antara alam Sugati dan Dugati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Pengikut