Sumber: Anggutara Nikaya 3
“Ketika
dikatakan: ‘”Ini adalah empat kebenaran mulia”: ini, para bhikkhu, adalah
Dhamma yang diajarkan olehku yang ini tidak dapat dibantah, tidak kotor, tidak
dapat disalahkan, dan tidak dapat dicela oleh para petapa dan brahmana
bijaksana,’ karena alasan apakah hal ini dikatakan? Dengan bergantung pada enam
landasan maka munculnya embrio [di masa depan] terjadi. Ketika munculnya embrio
itu terjadi, maka ada nama-dan-bentuk; dengan nama-dan-bentuk sebagai kondisi,
maka ada enam landasan indria; dengan enam landasan indria sebagai kondisi,
maka ada kontak; dengan kontak sebagai kondisi, maka ada perasaan. Sekarang
adalah bagi seorang yang merasakan maka Aku menyatakan: ‘Ini adalah
penderitaan,’ dan ‘Ini adalah asal-mula penderitaan,’ dan ‘Ini adalah lenyapnya
penderitaan,’ dan ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan,’
“Dan apakah, para bhikkhu, kebenaran mulia penderitaan? Kelahiran adalah
penderitaan, penuaan adalah penderitaan, penyakit adalah penderitaan, kematian
adalah penderitaan; dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesengsaraan
adalah penderitaan; tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah penderitaan;
singkatnya, kelima kelompok unsur kehidupan yang tunduk pada kemelekatan adalah
penderitaan. Ini disebut kebenaran mulia penderitaan.
“Dan apakah, para bhikkhu, kebenaran mulia asal-mula penderitaan? Dengan
ketidak-tahuan sebagai kondisi, maka [muncul] aktivitas-aktivitas berkehendak;
dengan aktivitas-aktivitas berkehendak sebagai kondisi, maka kesadaran; dengan
kesadaran sebagai kondisi, maka nama-dan-bentuk; dengan nama-dan-bentuk sebagai
kondisi, maka enam landasan indria; dengan enam landasan indria sebagai
kondisi, maka kontak; dengan kontak sebagai kondisi, maka perasaan; dengan
perasaan sebagai kondisi, maka ketagihan; dengan ketagihan sebagai kondisi,
maka kemelekatan; dengan kemelekatan sebagai kondisi, maka penjelmaan; dengan
penjelmaan sebagai kondisi, maka kelahiran; dengan kelahiran sebagai kondisi,
maka penuaan dan kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan
kesengsaraan. Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini. Ini
disebut kebenaran mulia asal-mula penderitaan.
“Dan apakah, para bhikkhu, kebenaran mulia lenyapnya penderitaan? Dengan
peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya ketidak-tahuan maka lenyap pula
aktivitas-aktivitas berkehendak; dengan lenyapnya aktivitas-aktivitas
berkehendak, maka lenyap pula kesadaran; dengan lenyapnya kesadaran, maka
lenyap pula nama-dan-bentuk; dengan lenyapnya nama-dan-bentuk, maka lenyap pula
enam landasan indria; dengan lenyapnya enam landasan indria, maka lenyap pula
kontak; dengan lenyapnya kontak, maka lenyap pula perasaan; dengan lenyapnya
perasaan, maka lenyap pula ketagihan; dengan lenyapnya ketagihan, maka lenyap
pula kemelekatan; dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan;
dengan lenyapnya penjelmaan, maka lenyap pula kelahiran; dengan lenyapnya
kelahiran, maka lenyap pula penuaan dan kematian, dukacita, ratapan, kesakitan,
kesedihan, dan kesengsaraan. Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan
penderitaan ini. Ini disebut kebenaran mulia lenyapnya penderitaan.
“Dan apakah, para bhikkhu kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan?
Adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini, yaitu, pandangan benar, kehendak
benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian
benar, dan konsentrasi benar. Ini disebut kebenaran mulia jalan menuju
lenyapnya penderitaan.
“Ketika dikatakan: ‘”Ini adalah empat kebenaran mulia”: ini, para bhikkhu,
adalah Dhamma yang diajarkan olehKu yang tidak dapat dibantah, tidak kotor,
tidak dapat disalahkan, dan tidak dapat dicela oleh para petapa dan brahmana
bijaksana,’ adalah karena ini maka hal itu dikatakan.”
Berbagi damai
BalasHapusthanks for your info
Visit ya >>> empat kebenaran mulia
terimakasih