Sumber: Buku
Senyum Donk, Dunia Belum Kiamat, Oleh Chuang
Sebuah berita di koran hari ini
melaporkan pada saya tentang sebuah survei yang hasilnya sungguh-sungguh
mengejutkan: satu di antara empat penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Atau
bila ditulis dengan kalimat yang lebih bombastis, kata gangguan jiwa pada judul
laporan tersebut dapat diganti dengan kata “gila” (walaupun penggantian kata
ini tidak sepenuhnya dapat dibenarkan, karena seseorang yang mengidap gangguan
jiwa belum tentu gila), maka kalimat tersebut akan berbunyi sbb: satu di antara
empat penduduk Indonesia adalah orang gila.
Tentunya ini bukan kabar yang
menyenangkan, bukan? Sebab, siapa sih yang senang disebut sebagai orang gila?
Mungkin reaksi kita akan persis sama seperti para pejabat yang dengan serta
merta bertingkah laku bak orang kebakaran jenggot kala mendengar kabar bahwa
rakyat di daerahnya mengalami bencara kelaparan.
Kembali ke soal orang gila itu. Kita
mengetahui atau kita dapat menyebut seseorang sebagai orang gila bila orang
tersebut memenuhi kriteria-kriteria kegilaan. Dan sebaliknya, seseorang pun
dapat disebut waras apabila orang tersebut memenuhi kriteria-kriteria
kewarasan.
Persoalannya,
siapakah sebenarnya yang berhak menyusun kriteria-kriteria kegilaan dan
kewarasan, dan dengan demikian berhak memutuskan seseorang sebagai orang gila
dan lainnya sebagai orang waras? Siapakah si tukang stempel itu, yang mencap
stempel waras pada seseorang, dan mencap stempel gila pada lainnya? Di dunia di
mana orang-orang yang mengaku waras lebih dominan, maka siapa pun yang
bertingkah laku di luar kriteria kewarasan yang sudah menjadi kesepakatan, akan
dengan mudah dicap sebagai orang gila. Dan dunia kita sekarang ini, tampaknya,
adalah dunia seperti itu. Tetapi andaikata ada sebuah dunia di mana orang-orang
yang kita anggap gila adalah pihak yang dominan, pihak yang berkuasa penuh.
Tentunya siapa pun yang dianggap bertingkah laku waras (menurut anggapan kita
di dunia kita ini), akan di cap sebagai orang gila di dunia seperti itu, bukan?
Kalau soalnya jadi begini, lalu siapakah
sebenarnya orang gila dan siapa yang benar-benar waras?
Bingung, ya?
Saya juga bingung koq hehehhehehehehe…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar